Sabtu, 17 Mei 2014

Memorize

Perjalanan hampir 5 jam Purbalingga-Jogja hari ini bener-bener bikin kempes semua deh. Pertama, so pasti Bo****g kempes dipake buat duduk diatas motor selama itu. Kedua, jantung kembang kempis liat cowok naik motor gede di jalan tadi #ehhh-Ingaaat Zina Mata *wink*wink mari istighfar. Ngaku deh, pasti senyam-senyum sendiri kan kalo di jalan ada pemandangan indah kayak gitu. Padahal gak tau deh, yang dibalik helm itu udah om-om atau malah kakek-kakek. Dasar wece-wece (- __ - “) jantungku kembang-kempis kalo di klaksonin truk-truk transformer. Ketiga, Berangkat ke jogja gak meriksa dompet, Pas bensin limit dengan pedenya ke Pom bensin, eh ternyata yang dibawa dompet kempes isinya 6.000 doang. Apesnya lagi di pom bensin itu kagak ada ATM. Gak usah penasaran ya sama kelanjutannya dan apa yang kulakukan tadi, malu eeeuuuyy. Yang penting sekarang udah sampe dengan selamat di jogja.
Pengantar doang ituh, Sekarang kita masuk di bagian sedih-sedihan ya. Tenang aja, eike bukan penulis romansa atau novel mewek yang mau buat pembacanya nangis-nangis.


Hari ini, entah kenapa kangen pada 2 orang yang akan kutuliskan di baris-baris selanjutnya. Mereka ini 2 orang yang sangat berarti dalam hidupku. Kepribadian mereka introvert dan melankolis, sangat berbeda jauh dengan kepribadianku yang ekstrovert dan sanguinis. Didetik ini, meski dalam keadaan *kempes* semua tetapi otak dan hatiku ingin merekam 2 orang ini dalam sebuah tulisan. Terlalu nyaman berada disamping mereka. Padahal, siapa yang tahu kalau mereka merasakan hal yang sama atau malah sebaliknya “sebel atau malah kesel”?. “Nyaman” itu dimensinya perasaan, makanya kita gak bisa memaksa orang lain untuk menyukai kita, iya kan  readers?
Mereka ini bukan saudara kandung, teman, sahabat, LDR apalagi, Pacar *WhatTheHell* Saya bingung mau menyebut mereka apa. Mereka berjenis kelamin wanita, Yang satunya lebih diatas saya dalam hal usia dan yang satunya lebih muda dari saya.

#Part 1

Dia yang punya nama panggilan khusus “Mpus Meong”


Biasanya nih, klo udah sampe di kos an. Bukannya masuk kamar dulu atau ganti baju, saya langsung menghambur ke kamar seseorang. Curhat dari A-Z dan dia menjadi pendengar yang sangat baik dengan sesekali senyum. Saya sangat ingat, 2 minggu lalu ketika pulang ke jogja, dia datang ke kamar “Zly, mau siomay?” Saya benar-benar mengagumi salah satu sifat “perhatiannya ke orang lain”. Sepertinya ia akan menjadi ibu yang sangat penyayang pada anak-anaknya.


Ada yang berbeda hari ini ketika saya pulang, pintu kamarnya tertutup dan sangat gelap. Tetangga kamarnya berkata “Mbak, ini ada titipan dari mbak L, banyak yang nggak tahu keberangkatannya, dia berangkat terlalu pagi”, Sebuah box yang berisi sepasang wedges hitam. Seperti warna wedges ini, tiba-tiba hari ini menjadi gelap seketika.

Semacam sayonara gift kan? Padahal, sebelum-sebelumnya mbak L ini selalu ngasih hadiah yang berwarna “pink", salah satu contohnya adalah bando kelinci yang berwarna pink, hadiah-hadiah yang lain sudah berada di Purbalingga sono.
Saya sangat kehilangan sosok seseorang yang bisa dianggap guru. Bukan hanya dalam kehidupan pribadi. Dia yang telah menjadi jembatan saya menyeberang ke berbagai pulau di Indonesia. Dia yang telah megajari saya untuk hidup lebih mandiri dan tidak cengeng. Dia yang mengajari saya untuk lebih banyak memberi daripada meminta. Dia yang mengajari saya untuk lebih banyak belajar. Dia yang selalu mengajari saya untuk tidak banyak mengeluh. Dia yang selalu menyemangati meski saya tahu hatinya sangat rapuh. Readers, bukan berarti dia sempurna, manusia tidak ada yang sempurna, tentu manusia banyak memiliki kekurangan. Kata orang bijak, ingatlah kebaikan seseorang dan buang jauh kekurangannya.
Dan bagaimanakah perasaanku ketika melihat sepasang wedges hitam itu? Kutatap wedges hitam itu  dan menitipkan sebuah pesan kepada sinyal internet“Selamat berjuang disana mbak. Semoga suatu saat kita kembali dipertemukan oleh Allah SWT. Uhibbukifillah yaa ukhti kabiir. Loveyou, Saranghamnida, aishiteru. ~Terimakasih telah membersamaiku selama 6 tahun ini~
Part 2 di tunggu.... #To Be Continued...Why? Kerena momennya gak tepat, part 2 ini soal galau-galauan, saya masih ingin menikmati kesedihan ditinggalkan Mbak L.


Sabtu, 10 Mei 2014

Tiga Minggu***



Tiga Minggu Sekali aku digilir...

Iya, beginilah nasibku kawan, tiga minggu sekali aku digilir. Kelian-kelian pasti kaget kan? bisa-bisanya seorang “Saya” mau-mau nya digilir tiga minggu sekali.  Mau bagaimana lagi, saya harus menerima keputusan ini dengan lapang dada dan penuh kesabaran. Apa segitu kejamnya kah takdir ini padaku? Tidak adakah pilihan lain? Tertanggal 28 April 2014 saya sudah menyatakan “siap” dalam urusan ini.

Saya sudah menerima maklumat dari BOS kalau tiga minggu saya akan bersama WASOR, setelahnya dia yang akan bersama WASOR. Perlu saya jelaskan disini WASOR itu panjangan dari “Wakil Supervisor” Program TB di tempat kerja. Jadi maksudnya, saya tiga minggu akan membantu di program pengendalian penyakit TB (Tuberculosis)-Kusta. Gak ada hubunganya dengan poligami, monogami, atau whateverlah. XD

WASOR...

Jujur aja nih ya, kalau ada penghargaan pegawai teladan, mungkin Bu Sol (Panggilan akrabku buat Wasor TB di tempat saya magang) yang akan jadi pemenangnya. Bagaimana tidak, beliau selalu datang sebelum jam masuk kantor yang normalnya bagi orang-orang jam 08.00. Beliau juga selalu pulang paling terakhir dibandingkan yang lainnya, jam pulang kantor normalnya adalah 14.00, namun beliau selalu pulang diatas jam 15.00 WIB, kadang sampai jam 21.00 WIB. Bahkan hari libur seperti hari minggu, sore harinya beliau sudah duduk manis di kantor mengerjakan tugas-tugasnya . Setiap kali ada libur tanggal merah keesokan harinya, beliau selalu histeris di kantor “Aku BENCI HARI LIBUR”. Aku bisa memahaminya, karena pekerjaan begitu banyak pekerjaan menanti.
Sudah berjalan 2 minggu saya di TB kusta, tidak banyak yang bisa saya lakukan untuk membantu beliau, namun selama 2 minggu ini saya mendapatkan 2 Pengalaman yang luar biasa.
Pertama :Selasa, 6 Mei lalu, saya mengikuti kegiatan survey penderita kusta di Desa Jingkang, Kecamatan Karang Jambu, Kab. Purbalingga, Jawa Tengah. Secara detail mungkin akan saya ceritakan di tulisan berikutnya bagaimana kami mengarungi bukit-bukit dan sampai di desa terpencil itu. Perjuangan yang luar biasa sampai akhirnya saya bisa melihat langsung bagaimana Mycobacterium Leprae itu membuat saraf-harinya saraf di tubuh mati dan membuktikan bahwa bakteri itu mampu menghilangkan jari-jari pemberian tak ternilai dari yang maha kuasa. Jangan tanyakan bagaimana kondisi fisikku setelah hari itu. Keesokan saya bolos ke kantor karena kakiku seakan-akan tak ingin berpaling dari kasur.
Inilah bocoran jepretan sebagian perjalanan itu :
Naik Turun Bukit
Persiapan Tim Sebelum Survey













Penemuan Kasus






















Kedua : Hari ini, Jum’at  9 mei 2014 saya sampai ketiduran di Musholla sore hari tadi demi menunggu pengepackan sputum (Dahak) penderita TB (Tuberculosis) yang sudah masuk kategori Suspek TB MDR (Multi Drug Resisten) untuk dikirim ke lab. Pengepackan baru dilakukan kira-kira jam 19.00. Saya hanya membantu checklist, menuliskan nama pasien dan asal Unit Pelayanan Kesehatan, Membantu menyiapkan peralatan tata laksana package. Melihat langsung juga bagian dari proses belajar lohh :D.  Saya banyak tutup mata saat pengepackan vaksin tadi, bukan karena di gedung paling belakang itu gelap dan sunyi tapi karena banyak kotak Sputum (Dahak). Iya, memang saya gak ada bakat buat nerusin profesi orangtua di bidang medis. Berikut beberapa hasil jepret yang sempat di dokumentasikan
Persiapan Packaging

















Ruang Vaksin : Mengambil Coolpack agar spesimen tetap aman dalam penyimpan

Ngomong-ngomong tentang ruang penyimpanan vaksin. Saya jadi ingat “Bapak”. Dulu, saat saya masih usia 5 tahunan. Listrik belum masuk di kampungku, saya dan adik kecilku yang berusia 3 tahun hampir setiap hari ikut Bapak mengecek vaksin di puskesmas, menyalakan kulkas kuno dengan bahan bakan minyak tanah, memastikan semua vaksin tetap bisa digunakan. Maklumlah, saat itu beliau masih di program vaksinasi. Kalau soal TB, beliau baru saja resign dari program TB dan sekarang hanya memegang program kusta. Hari ini saya sudah melihat bagimana sputum-sputum itu dikumpulkan padahal dulunya saya sering marah-marah kalau misal ada kotak Sputum pasien beliau yang tergeletak di meja. Maafkaeuunn Bapak...






Jumat, 09 Mei 2014

Kamu Lebay Sekali - __ -"

Sudah sangat terbiasa kalau ada yang komentar di sosmed “Kamu kenapa sih lebay banget kalau update status!” atau bahkan komentar nya lebih frontal “Kalau update status atau share foto yang bermanfaat DONK!” kalau boleh kukomentarin, sebenernya abjad yang paling kubenci itu “tanda seru”. Tapi untunglah, waktu itu lagi punya hati BIDADARI  jadi gak marah-marah dan nyampah-nyampah buat bales komentar yang bikin sel-sel kekencangan kulit dan keawetan muda terlepas begitu saja #sadar umur woooiii. Eh tapi, jangan salah kalau jiwa evil ku lagi datang. Tau dong ya kalau kita-kita lagi kedatangan tamu, bukan cuman nyampah, yang punya akun tidak kuampuni, langsung blokir yang ngemeng kayak gitu. Secara mood eike random plus emosi lagi di Ubun-ubun.

Gak Bisa Janji…

Mungkin setelah menyelesaikan dunia rempongnya FETP yang panjangannya “Frustasi dan Emosi Tiap Perkuliahan” *ehhh, maksud saya “Field Epidemiology Training Program” dan juga telah M.PH yang merupakan kepanjangan dari “MENDAPATKAN PASANGAN HIDUP”  *tuh kan, mulai gak fokus* maksudnya You know lah, tanyakan langsung pada Prof. GOOGLE, M.PH, P.HD apa panjangan dari M.PH ituh. Status sosmed dari saudari Zly Wahyuni baik di Muka buku & Kicauan Burung Biru *Baca : Facebook & Twitter dan tentunya postingan foto di Instagram akan lebih Arif, Bijaksana, Adil, dan Makmur bagi seluruh rakyat Indonesia. Habis baca ini, para readers mungkin langsung nyari ember buat muntah.

Malam ini, tertanggal  9 mei 2014, dengan penuh kesadaran saya akan mendeklarasikan :
Maafkeeuunn ciiiyyynnn…
  1. Maafkeuunnn yaa kalau setiap postinganku lebih banyak gak jelasnya, agak lebay bahkan alay, isinya curhatan, suka ngomel-ngomel kayak kerjaan rutin ibu-ibu *oppss*. Maklum jaman kite-kite remaja dulu belum ada istilah ababil, makanya ababil telat datengnya di usia sekarang. Ditambah lagi, aku bukan fansnya bang billy.
  2. Sepertinya syndrom status gak jelas gini akan bertahan sampai…………………. waktu yang telah ditentukan oleh penulis. Preeett, *penulis* Gaya beuuuddd. Bahasa indonesia aja di KHS dapet Nilai C, Gimana bisa jadi Penulis. Mimpi kaleeeuuus.
Sedikit Pembelaan...
Sebenernya sih yaaa jaman-jaman eike masih kuliah di Universitas Gambar Matahari, status-statusku dilandasi oleh “Moral, intelectual, ad integrity”, “ tuntutan karir”, dan “JAIM”.

Seperti yang banyak dikatakan oleh orang-orang bijak, bahwa hidup ini berputar kayak roda. Mungkin kayak gambar dibawah ini.
image
Kayaknya dari icon gambar diatas harus ditambah satu lagi “Kadang alay” - “Kadang Bijak”.