Minggu, 23 November 2014

I'm Bad Sister



Malam ini saya perlu ucapkan "Kamsahamnida" pada tayangan Reality Show Korea yang berjudul “Appa Eodiga” atau dalam bahasa Inggrisnya “Dad, Where Are We Going” episode 95. Video berdurasi 70 menit yang ditanyangkan oleh http://www.kshowonline.com ini begitu menarik bagiku karena ada scene salah satu Ayah yang mengajak 2 anak laki-lakinya bermain sepeda di salah satu taman di Seoul, Korea Selatan. Kebetulan di keluarga ini sang kakak sudah bisa mengendarai sepeda sedangkan sang adik belum bisa sehingga si Ayah ingin memberikan sebuah kursus mengendarai sepeda untuk sang adik.
Karena tayangan ini, Saya juga ingin membuat pengakuan tentang sesuatu yang saya rahasiakan sejak dulu, selama ini saya selalu tertawa sendiri kalau mengingat kejadian itu.

What’s that ?

Masa kanak-kanak banyak kulewati disebuah rumah kecil milik pemerintah (Karena Bapak adalah seorang PNS), well waktu itu anggota keluarga juga masih kecil dimana saya masih memiliki 1 adik perempuan. Jarak kami tidak begitu jauh, hanya sekitar  2 tahun-an. Saat saya sudah dengan lihainya berlenggak lenggok diatas sepeda ungu tercinta, si adik kecilku ingin belajar mengendarai sepeda. Saya sangat sadari kalau saya termasuk tipe “Bad Sister”, dimana barang kepunyaan tak boleh dipinjam, tidak mau berbagi kamar, berbagi baju dan jahil. Mungkin karena saya terlalu dimanjakan oleh tetangga-tetangga dan orang-orang disekitar karena cerewet dan mudah akrab sama orang lain “Sekarang? jadi amit-amit” sedangkan adikku orangnya pendiam ditambah perawakan pendek, hitam, keriting, gendut lagi (Sekarang?, alamak... Kulitnya jadi putih, tinggi, langsing, rambutnya jadi curly tanpa harus ke salon) Kalau yang lain-lain sih masih bisa saya terima kecuali soal tinggi badan, sehingga saya harus selalu pakai wedges kalau pergi berdua. Tampang adikku yang biasa-biasa saja di jaman kecil membuat tetanggaku kurang begitu banyak yang tertarik untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Beda dengan saya, setiap sore hari “oppa tetangga” sudah standby di depan rumah mengajakku untuk belajar mengendarai sepeda.

Suatu hari, sisi jahilku muncul. Adikku merengek minta diajarkan naik sepeda di siang bolong,  habbit “bad sister” itu muncul, dengan berbagai alasan saya tak mau mengajarkannya. intinya saya malas siang-siang harus ngajarin dia naik sepeda. Saya cuma ngasih dia teori “kalau mau cepat bisa naik sepeda, kamu naik sepedanya dari jalan yang agak meninggi kemudian kamu meluncur dengan cepat”. Adikku sangat senang dengan saran tersebut kemudian segeralah dia menuju jalan. Apa yang saya lakukan? => Masuk ke dalam rumah sembari menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya <=

Beberapa menit kemudian...


Gubrak...Terdengarlah suara teriakan. Semua tetangga berteriak diikuti bapakku berteriak sambil berlari, kalau tidak salah berlari hanya mengenakan pakaian dalam+sarung sambil berteriak “Anakkuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu matiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii”. Saya tak tahu apakah saat itu adikku benar-benar jatuh di tempat pembuangan sampah di pinggir jalan yang tingginya ±2 meter dari jalan raya. Setelah mendengar teriakan itu, saya langsung masuk rumah sambil berpikir “aduhhh, ini salahku, oke mari berpura-pura bersikap tidak terjadi apa-apa biar ngga dimarahi mama” sembari berharap sang adik tidak menceritakan siapa dalang di balik kejadian tersebut. Sebenarnya kasian sih karena waktu itu lututnya luka, tapi saya masih bisa tertawa melihat banyaknya kerumunan orang ditempat kejadian perkara.


Sampai sekarang pun, saya masih tertawa sendiri kalau ingat kejadian “sepeda jatuh kedalam tumpukan sampah”. Saya masih tidak berubah, masih tetap “bad sister” yang jahil, yang tidak mau berbagi kamar, yang tidak mau berbagi baju seperti kebanyakan saudara-saudara yang lain, masih suka iri kalau hanya saya yang tidak dibelikan baju baru di hari lebaran. Ada banyak hal yang tidak berubah dari diriku sejak dulu, saya hanya ingin mencintai kalian dengan caraku sendiri.

Big Love From Your Bad Sister
Purbalingga, 00.28 WIB, 23 November 2014.

Senin, 17 November 2014

Hujan Di Malam Hari

Adalah kebiasaanku menghentikan langkah sejenak ketika hujan dimalam hari tepat  di bawah lampu kota yang berwarna kemerah-merahan.
Bisa melihat rintik-rintik hujan dibawah cahaya lampu kota adalah momen paling berkesan.
Ingin berlarian, Tapi sayang aku bukan anak kecil lagi yg bisa bermain sesuka hati.
Orang dewasa itu ribet ya...
Andai disana tak ada seorangpun saya ingin berlarian bersamamu, tertawa bersamamu, bermain dengan hujan bersamamu. ~Cingudeul~ Buat semua teman-teman dan sahabat-sahabatku yang sudah hadir dalam hidupku, semoga kalian selalu berbahagia dimanapun kalian berada.
Purbalingga, 17 November 2014