Aku
boleh nangis kan? Seseorang yang aku kenal pernah bilang kalau aku gak boleh malu untuk menangis. Jangan ditahan, karena menangis bukanlah sebuah dosa.
~~~
Aku
heran, kenapa masih ada jenis manusia yang memberikan komentar kepada orang lain seenaknya. Padahal aku ga minta nasihat tapi tetep aja nyosorin komentar yang ga perlu. Aku kan ga minta saran tentang kerudung. Kenapa harus bilang kalau kerudung pashmina yang saya pakai ini menandakan kalau belum dewasa (Saya kadang pakai pashmina, square, dan juga khimar). Aku tau bila dibandingkan denganmu, jilbabku yang ujungnya hanya sampai di siku lenganku ini lebih pendek dibandingkan dengan jilbabmu yang ujungnya mendekati tanah itu. Aku tahu jilbabku lebih banyak yang berwarna cerah sedangkan jilbabmu berwarna gelap. Dan kemudian kamu mulai membahas soal gesture ku yang kamu anggap dewasa. Iya, I know, kamu kemayu nan gemulai sedangkan aku banyak bicara dan gak bisa diam. Dan yang paling terakhir, kenapa kamu menghubungkan ukuran jilbab, model jilbab dan juga gesture ku dan alasan aku belum menikah sampai sekarang.
Selanjutnya, kamu menyuruhku untuk merubah model jilbab yang aku pakai sekarang sehingga sejenis dengan jilbab yang kamu pakai sekarang dan juga menyuruhku merubah gesture. Heol. Kamu siapa sampai punya hak ngasih komentar dan nyuruh aku berubah?
Tapi
kamu ga punya hak atau ga semestinya menyatakan kalau bahwa jilbab yang aku
pakai sekarang ini menunjukkan kalau aku belum dewasa sehingga jadi penghalang
mendapatkan jodoh. Jodoh itu rahasia ilahi, meski besok pagi aku merubah
penampilanku, belum tentu juga besok malam ada yang datang melamar ku. Aku rasa
kalian yang lebih paham tentang perjodohan di dalam Al-Quran.
Jika
memang ada laki-laki yang berpikiran bahwa ukuran jilbab menandakan kedewasaan
seseorang seperti yang kamu asumsikan. Maka, mungkin lelaki seperti itu bukan
jodohku. Karena aku tak suka dengan orang-orang yang berpikiran sempit. Dan
aku adalah aku. Aku mau merubah sesuatu yang ada dalam diriku karena
keinginanku sendiri bukan untuk orang lain atau menyenangkan orang lain.
Terimakasih
sudah memperhatikanku. Tapi maaf, aku tidak bisa menerima argumenmu. Tak
apa-apa kan?
~~~
Readers,
mari sama-sama saling mengingatkan agar berhati-hati mengomentari perkara hidup
atau kepribadian orang lain. Itu bisa menyakitkan. Dan juga, jangan
memperlakukan atau membandingkan kehidupan orang lain dengan kehidupanmu.
Setiap orang berbeda dan istimewa. Syukuri saja kalau kehidupanmu bahagia, jangan sampai berasumsi kalau kehidupan orang lain tak bahagia jika tidak memiliki apa yang kamu punya. Definisi bahagia setiap orang berbeda :D
Karena saat ini, aku pun sedang belajar berempati.
13 Juli 2017 - edited 14 january 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar